Startup teknologi sudah menjadi “makanan” konsumsi harian bagi tim editorial Tech in Asia. Di tahun 2015 ini, kami banyak menemukan startupdengan berbagai vertikal, dari e-commerce, pendidikan, gaya hidup, musik, dan banyak lagi lainnya. Dari sekian banyak nama, kami mengumpulkan beberapa startup yang membuat kami begitu terkesima.
Pertimbangan pemilihan startup favorit ini didasarkan pada keunikan ide, proses eksekusi, dan bagaimana startup tersebut mencoba memecahkan masalah yang terjadi di sekitar kita.
Tanpa perlu berlama-lama lagi, inilah kumpulan startup favorit kami di tahun kambing kayu!
Pradipta Nugrahanto
1. 5Beat
Kamu musisi atau sekadar suka musik? 5Beat mencoba menjadi “payung” untuk itu semua. Bagi musisi, kamu yang kebingungan mencari jalur distribusi, konsinyasi merchandise, atau bahkan show yang cocok bisa mencoba menyambangi layanan ini. Sementara untuk penikmat musik, kamu bisa dengan mudah mencari lagu dari berbagai musisi, dari yangsidestream, sampai yang paling mainstream sekalipun.
Startup garapan Ishak Tanoto ini juga tidak hanya memberikan ruang bagi musisi, tapi juga menggandeng pelaku lain yang bergerak di industri ini, semisal promotor dan label. Ke depan, 5Beat juga berencana untuk menghadirkan direktori musik lokal ke dalam platformnya.
Meskipun ranah musik kerap dianggap kurang potensial di dunia startupteknologi, fakta membuktikan bila musik masih masuk dalam daftarvertikal terpanas di tahun ini. Selain itu, di tengah carut marutnya industri musik nasional, yang berimbas pada tutupnya toko-toko fisik, “payung” yang dihadirkan 5Beat bisa menjadi penyelamat bagi pelaku industri musik di tanah air.
Ingin mendengarkan atau mendistribusikan musik secara digital? Coba layanan 5Beat di sini.
2. AppsCoast
Apakah kamu termasuk orang yang banyak menghabiskan waktu berkendara di jalan sehingga tidak sempat membaca berbagai berita yang tersebar di banyak media online atau media sosial? Mendengarkan podcastadalah salah satu solusi supaya kamu tetap bisa mendapat informasi terkini. AppsCoast, menjawab kebutuhan itu dengan menghadirkan podcastdengan materi startup teknologi.
AppsCoast didirikan oleh Arif Fajar Saputra dan Riza Fahmi. Awalnya Arif, yang memang sebelumnya sempat lama bekerja di bidang audio, merasa jenuh dengan kondisi podcast yang terlalu “kering”. Sementara radio juga sudah memasuki titik jenuh dan layanan on-demand adalah jawaban yang paling tepat.
Meski pasarnya masih belum seluas video, menurut saya podcast berpotensi membesar, bahkan ke depan bisa sama populernya dengan media lain yang berbasis visual. AppsCoast menggarap kualitas audio dengan serius, dan tak jarang menghadirkan pelaku startup untuk berbincang santai yang secara tidak langsung berpotensi menyampaikan pesan kepada konsumen dengan bahasa yang simpel namun tetap mengena.
Bosan dengan siaran radio konvensional yang itu-itu saja? Kamu bisa menikmati podcast dari AppsCoast di sini.
3. Konserama
Kamu penyuka musik tentu terkadang punya keinginan untuk menonton konser band, solois, atau bahkan DJ favorit. Namun terkadang mereka tidak menggelar show di Indonesia. Berburu tiket ke luar negeri? Pengalaman saya untuk nama-nama besar seperti The Rolling Stones, Metallica, atau Daft Punk terkadang cukup sulit untuk mendapatkan tiketnya.
Konsep Konserama menjawab kebutuhan itu. Startup ini tidak hanya membantu kamu menonton show dari barbagai artis yang kamu suka, namun juga mengemasnya dalam sebuah curated travel di lingkup musik.
Apa yang ditawarkan bahkan tidak hanya tiket konser saja, namun juga rekomendasi akomodasi, tiket pesawat, dan destinasi lain yang wajib kamu kunjungi dalam satu paket tur tersebut. Sejauh ini, Konserama baru menyediakan Inggris sebagai destinasinya.
Agensi travel memang memungkinkan kamu melakukan perjalanan ke berbagai tempat di dunia. Namun ide Robin Malau mendirikan agensi turisme musik di tengah derasnya “hujan” agensi travel konvensional tidak hanya sekadar ide melawan arus, namun tentunya mengakomodasi kebutuhan para pecinta musik. Karena jenis wisata ini tidak bisa dibilang murah, strategi Konserama untuk membidik segmen korporat juga rasanya sudah tepat.
Tertarik untuk menikmati liburan bernuansa musik dengan jaminan kualitas, coba layanan Konserama di sini.
Fadly Yanuar Iriansyah
4. Jojonomic
Didirikan oleh Indrasto Budisantoso, Jojonomic merupakan aplikasi mobileuntuk mencatat setiap pengeluaran dan pendapatan penggunanya. Menggunakan aplikasi ini, kita dapat mengelola keuangan personal dan memonitornya dengan mudah. Fitur tersebut memang tergolong biasa, karena banyak aplikasi mobile di luar sana yang menawarkan fitur serupa.
Apa yang membuat Jojonomic menarik, setidaknya buat saya, adalah strategi startup ini melakukan monetisasi dengan menyasar segmen perusahaan. Jojonomic menawarkan skema berlangganan buat perusahaan yang ingin melacak data reimbursement karyawannya secara digital. Karyawan cukup memotret bon pengeluaran, sehingga tak perlu repot melakukannya secara manual.
Dibandingkan perorangan, perusahaan, entah itu startup, UKM, atauenterprise, cenderung lebih rela mengeluarkan uang buat sebuah layanan. Apalagi jika layanan itu bisa memudahkan hidup karyawannya. Karyawanhappy, produktivitas tinggi. Menurut saya, Jojonomic telah menembakkan amunisinya pada sweet spot yang tepat.
Tertarik mengelola keuangan dengan Jojonomic? Unduh aplikasinya lewat tautan berikut:
5. Sister Ojek
Di tengah-tengah arus persaingan booking ojek yang kian deras, Sister Ojek, atau Sis-O, hadir mengisi celah yang sangat niche: perempuan dan anak-anak. Layanan mereka pun hanya bisa digunakan secara kontrak atau berlangganan. Meski kesuksesan startup yang beroperasi sejak 20 Mei 2015 ini masih perlu dibuktikan, Sis-O punya solusi yang jelas buat pasar yang dimasukinya.
Salah satunya adalah memberikan rasa aman bagi orang tua yang tak sempat mengantarjemput anaknya sekolah, sembari menawarkan kenyamanan lewat sistem berlangganannya. Walau intinya adalah layanan ojek on-demand buat perempuan dan anak-anak, Sister-O tetap menyediakan layanan “standar,” seperti kurir, belanja kebutuhan dapur, pembelian tiket bioskop, pengambilan pesanan, dan sebagainya. Jadi, walaupun segmented, startup ini masih bisa menarik pendapatan dari keberagaman layanannya.
Sister-O baru beroperasi di Ciputat Timur, Pondok Aren, dan Tangerang Selatan. Memulai dari pasar yang kecil, dan bukan merangsek masuk ke pasar yang didominasi layanan serupa lainnya seperti Jakarta, adalah langkah yang pintar. Saya pribadi berharap startup ini pelan-pelan melebarkan sayapnya ke lokasi lain, selain juga merilis aplikasi mobile yang saat ini belum ada.
Daerah tempat tinggalmu dalam cakupan Sis-o dan kamu ingin menggunakan layanan ini? Cari tahu lebih jauh mengenai sistem berlangganannya di sini.
6. Gimku
Walau ada beberapa game mobile buatan developer lokal yang sukses menembus pasar internasional, banyak juga yang hanya “Jago Kandang.” Entah karena kurang yakin dengan produknya, atau memang bergerilya sendirian—alias tidak didukung oleh publisher yang mampu memasarkan produknya secara global.
Tidak mengherankan, karena jumlah publisher atau penerbit game mobile di Indonesia bisa dihitung dengan jari. Beberapa di antaranya adalah LYTO.Mobile, Nampol, Agate Games, dan Touchten Games. Rudy Sudarto melihat ini sebagai isu yang membuatnya berinisiatif mendirikan Gimku, wadah penerbitan buat developer game mobile lokal.
Di bawah arahan Gimku, developer yang menjadi rekan wajib bersedia akan keterlibatan Gimku dalam proses produksi. Tujuannya tak lain agar gameyang dihasilkan lebih optimal dan mampu bersaing di tingkat dunia. Alasan ini masuk akal, mengingat pihak luar lah yang mampu melihat kelebihan dan kekurangan produk buatan kita.
Saya antusias Gimku dapat menginspirasi pihak lain mendirikan startupyang juga bergerak di bidang publisher game. Karena, menurut saya, di bawah bimbingan yang tepat, Indonesia punya sumber daya dan potensi yang memungkinkan untuk menembus pasar game global. Bukan hanyagame mobile, tetapi juga game komputer maupun console.
Ingin tahu lebih jauh mengenai Gimku? Kamu bisa mengunjungi situsnya di sini.
Ketut Krisna Wijaya
7. YesBoss
YesBoss merupakan aplikasi yang memungkinkan kamu memiliki asisten pribadi virtual. Layaknya asisten biasa, kamu bisa meminta apapun seperti membeli tiket pesawat, memesan makanan, dan mencari barang-barang langka yang sulit kamu temukan. Hingga saat ini YesBoss hanya dapat diakses melalui SMS. Akan tetapi, dalam jangka waktu dekat, Irzan Raditya mengungkapkan akan meluncurkan aplikasi YesBoss.
Alasan saya memilih YesBoss adalah karena teknologi yang akan digunakan. YesBoss akan memanfaatkan kecerdasan buatan atau Artificial Inteletegent (AI). Salah satunya adalah penerapan NLP (Natural Language Processing) atau teknologi pemrosesan bahasa yang akan menganalisis setiap permintaan dari pengguna untuk kemudian di proses lebih lanjut.
Di Indonesia sangat jarang ada startup yang memanfaatkan AI di dalam sistem mereka. Startup lain di Indonesia yang juga menggunakan teknologi NLP adalah media online Beritagar.
Ada rencana ingin memesan sesuatu, tetapi sedang tidak ada waktu? Kamu mengecek layanan YesBoss di sini.
8. Bornevia
Bornevia merupakan aplikasi helpdesk untuk bisnis online. Dibentuk oleh Benny Tjia dan Tjiu Suryanto, keduanya sempat bekerja di Silicon Valley, Amerika Serikat sebelum memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Benny merupakan lulusan Universitas Michigan dan Stanford. Sedangkan Suryanto merupakan lulusan Universitas Washington.
Selain dibentuk oleh orang-orang yang berpengalaman. Hal yang menarik dari Bornevia adalah target pasar mereka tidak hanya Indonesia, tapi seluruh dunia. Beberapa pengguna mereka ada yang berasal dari Eropa, Afrika, bahkan Amerika Serikat. Jadi intinya tidak banyak startup lokal yang memiliki target pasar yang besar dari awal seperti Bornevia.
Merasa bisnis online kamu butuh bantuan? Kunjungi situs resmi Bornevia di sini.
9. Ruangguru
Ruangguru bisa dibilang merupakan startup pendidikan yang palingdisruptive di Indonesia. Dibentuk oleh Iman Usman dan Belva Devara, keduanya merupakan lulusan Universitas luar negeri. Iman merupakan lulusan Universitas Columbia, sedangkan Belva merupakan lulusan Universitas Nanyang.
Versi awal dari Ruangguru merupakan sebuah marketplace yang menghubungkan calon murid dengan calon guru privat. Kemudian melakukan ekspansi produk dengan meluncurkan tes.ruangguru.com, sebuah platform yang memungkinkan murid-murid di Indonesia untuk melakukan ujian secara online.
Platform tersebut tentu saja akan merevolusi bagaimana murid-murid di Indonesia melakukan ujian. Tidak ada lagi kertas-kertas yang terbuang sia-sia dan tidak lagi menunggu lama untuk melihat hasil ujian.
Selain memiliki produk yang disruptive, beberapa hari lalu Ruangguru baru saja memperoleh investasi Seri-A dengan angka 7-digit dan berambisi melebarkan sayap ke negara-negara lain di Asia.
Sedang mencari guru privat? Gunakan layanan Ruangguru dari sini.
Elfa Putri
10. 7Pagi
7Pagi merupakan sebuah platform interaksi antara guru dengan orang tua siswa. Dengannya orang tua siswa dapat memantau dan mengetahui perkembangan anak mereka di sekolah melalui smartphone mereka.
Platform ini memiliki sejumlah fitur yang berfungsi sebagai pengganti beragam media konvensional yang digunakan di sekolah. Ada empat fitur utama 7Pagi, yaitu Diary sebagai pengganti buku penghubung, Information yang dirancang untuk menggantikan surat edaran, Class Activities untuk menyampaikan beragam informasi kegiatan kelas, dan Portfolio untuk informasi mengenai portofolio siswa selama di sekolah.
Alasan 7Pagi masuk dalam kategori ini adalah layanan yang diberikan bisa bermanfaat bagi keseharian di dunia pendidikan. Sebagai orang yang pernah terjun menjadi tenaga pengajar, saya tahu sulitnya bila harus menghubungi orang tua murid secara manual. Namun dengan layanan yang disediakan 7Pagi, interaksi antara kedua pihak bisa dilakukan secara mudah. Perkembangan murid pun bisa dipantau.
Tertarik mencoba layanan 7Pagi? Kamu bisa mengunjungi situsnya di sini.
11. Kurawal.io
Startup dengan layanan cloud computing (komputasi awan) di tanah air boleh jadi sudah menjamur, misalnya CloudKilat dan DewaWeb. Namun bagaimana dengan layanan yang mampu menangani semua platform untuk berbagai model aplikasi mobile? Masalah ini yang coba dipecahkan olehKurawal, startup asal Malang yang memulai debutnya di awal tahun ini.
Teguh Hardiansah, selaku CEO dan CTO Kurawal, mengatakan bahwa kebanyakan layanan yang menawarkan cloud computing tidak mempunyaibackend yang beragam dan personal bagi pengguna. Melalui Kurawal, ia bersama dengan Vierda Andriyani dan Lahandi Baskoro akhirnya mulai mendalami solusi untuk masalah ini sejak tahun 2012 silam.
Meski memulai membentuk Kurawal sejak tahun 2012, produk mereka baru diluncurkan secara resmi di tahun ini. Alasannya, menurut Teguh, ia dan tim harus benar-benar menguasai semua ilmu untuk masalah backend bagi beragam platform, baik software maupun hardware yang dibutuhkan pengguna.
Konsep yang ditawarkan Kurawal membuat saya kagum. Startup ini mampu memenuhi kebutuhan startup dengan hardware Internet of Things (IoT), bukan sekadar lewat situs atau aplikasi saja. Belum banyak startup dengan layanan IoT yang memiliki misi untuk membantu startup dan perusahaan lainnya.
Startup atau perusahaan yang kamu punya perlu solusi IoT? Bisa jadi Kurawal punya solusinya. Cari tahu dari situs resminya di sini.
12. Kesles
Menjamurnya layanan pembayaran berbasis aplikasi mobile membuat beberapa pihak turut meluncurkan layanan. Salah satunya adalah Keslesyang menawarkan solusi pembayaran melalui smartphone dengan menggunakan QR code. Kebanyakan penyedia layanan uang elektronik yang telah ada mengharuskan penggunanya menjadi nasabah bank atau pengguna operator tertentu untuk menikmati layanan yang ditawarkan.
Meski tidak mengharuskan penggunanya menjadi nasabah bank tertentu, Kesles bekerja sama dengan Qatar National Bank (QNB). Alasannya, menurut Michael, QNB merupakan bank baru di Indonesia yang belum memiliki layanan uang elektronik. Nantinya para pengguna akan memilikivirtual account di bawah nama Kesles, namun semua deposit akan tersimpan di QNB.
Kesles menarik perhatian saya karena kemampuan yang ditawarkan. Selain dapat melakukan pembayaran lewat aplikasinya, pengguna bisa pula diskon di merchant yang bekerja sama. Saya merasa nantinya orang yang tidak ingin repot menggunakan rekening bank, atau terikat dengan layanan pembayaran dari operator tertentu, tertarik untuk berubah haluan ke Kesles.
Tak ingin repot membawa uang tunai? Coba saja layanan Kesles dari sini.
Original article here by Tech In Asia
Disclaimer: YesBoss is a portfolio company of Convergence Ventures